Oleh: Khomsurizal Masya
Nenek Ijah bertanya kepada cucunya yang tengah menempuh kuliah program studi politik di Universitas Negeri Tirtayasa, Serang. “Ribet amat ya sekarang milih partai,?” seru Nenek. “Kenapa?” saut Purnomo, cucu Nek Ijah sembari mengernyitkan dahinya. Dalam benak Purnomo, neneknya kebingungan untuk menyalurkan hak politiknya pada Pemilu 2009 mendatang. Selain banyaknya partai politik akan berlaga, calon anggota legislatif di sebuah parpol itu juga berderet panjang.
Inilah gambaran kecil, fenomena “lumrah” ditengah masyarakat dalam menyambut proses demokrasi ala 34 partai politik yang siap digelar tahun ini.
Berkaca pada Pemilu 2004 lalu, dengan 24 partai politik, banyak ditemui masyarakat kita asal-asal memilih partai dan calegnya. Akibatnya, banyak suara terbuang percuma serta partai-partai pun tak lolos electoral treshold alias harus “berganti baju, berganti bendera,” untuk bisa mengikuti Pemilu 2009.
Namun ditengah kebingungan rakyat, sejumlah lembaga survei independen memprediksi bahwa sikap asal-asalan itu akan kembali ditemui. Bagi orang awam, sebut saja sebagai massa mengambang akan banyak menjatuhkan pilihannya kepada partai-partai lama yang sudah “mapan” seperti Partai Golkar dengan Gambar Pohon Beringinnya, PDIP yang berlambang Banteng Moncong Putih itu, PKS hingga PPP. Meski sudah dikenal, beberapa hasil survei juga menyebutkan partai-partai lama akan mengalami penurunan.
Sebaliknya, partai-partai baru tidaklah laku dan bahkan cenderung terkesan sebagai peramai pesta demokrasi yang diperebutkan partai-partai lama.
Indonesian Research and Development Institute (IRDI) mengungkapkan apabila Pemilu dilakukan 5-12 Juli, maka 26,3% responden memilih PDI Perjuangan. Kemenangan partai moncong putih itu diikuti Partai Golkar (24,6), Partai Demokrat (11,2%), PKS (9,12%), PKB (5%), PAN (3,27%), dan PBB (0,5%).
"Bila melihat perkembangan hasil survei IRDI, kecenderungan seluruh partai besar mengalami penurunan perolehan suara," kata Direktur IRDI, Notrida Mandica, dalam jumpa pers di Jakarta, akhir bulan Juli lalu.
Masih menurut IRDI, dari mayoritas responden (84,5%) tidak mengenal partai baru. Namun, di antara semua parpol baru, Partai Hanura menduduki nomor urut pertama, dilanjutkan Partai Gerindra (1,14%), PKNU (0,71%), PDP (0,51%), Papernas (0,39%), dan PMB (0,24%). Sedangkan PKP, Partai Patriot, Partai Republikan, Partai Buruh, dan Partai Demokrat Sejahtera masing-masing meraih 0,08%.
Nah kecenderungan itu, tampaknya dialami juga oleh calon pemilih di Provinsi Banten. Partai-partai baru, sulit meraih simpati rakyat. Ditengah kebingungan Nenek Ijah tadi bisa diprediksikan disamping kecerdasan strategi parpol, faktor sosialisasi dan perekrutan calon anggota legislatif, bahwa “nomor urut” juga akan sedikit banyak mempengaruhi dulangan suara. Sebut saja, Partai Hanura bernomor 1 dan PKNU bernomor buncit atau 34. Keduanya menjadi partai tutup kendang yang mudah diingat khalayak, yakni tutup kendang satunya ditempati Hanura dan tutup kendang lainnya bertengger PKNU.(*)
Senin, 04 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
wah sayang, sekarang PKNU bukan partai terakhir lagi. tapi tetap semangat.
terimakasih telah menulis tentang PKNU
pknu crew
Posting Komentar