Kamis, 28 Agustus 2008

Perang Persepsi Ancam Indonesia



Blog: Khomsurizal

Aspek pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin terancam dan dikhawatirkan integritas bangsa akan terpecah belah. Pasalnya pada era globalisasi ini, serbuan informasi dan persepsi dari berbagai negera berkepentingan terhadap Indonesia kian gencar.
Demikian diungkap Letjend TNI (Purn) Kiki Syahnarki dalam Sarasehan Pers Nasional yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Aula Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis (28/8).
“Dahulu perang adalah untuk menguasai teritorial, sekarang yaitu dengan melakukan penguasaan terhadap sumberdaya sebuah negara seperti sumber ekonomi, budaya dan pendidikan. Sedangkan senjata tercanggih pada perang penguasaan sumberdaya ini adalah informasi (information wafare) dan persepsi (war of perception),” beber Kiki Syahnarki.
Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat TNI ini menyebutkan, informasi dan persepsi tersebut disebar luaskan kepada rakyat Indonesia melalui media massa. “Nah inilah langkah stategis serbuan dunia global terhadap negara kita, jika kita tidak kuat akan mudah sekali menjual sumber daya milik bangsa kepada kepentingan negara lain atau setidaknya terpengaruh sesuai tujuan-tujuan mereka,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Kiki, media massa sebagai alat yang bisa digunakan untuk melakukan infiltrasi terhadap bangsanya agar berhati-hati dan kembali melakukan konsolidasi kebangsaan bersama elemen lain NKRI. “Kita berharap pers nasional mampu melakukan counter info warfare dan hendaknya mawas diri jangan samapai dijadikan agen kepentingan asing yang ingin merapuhkan kita dari dalam melalui war by proxy,” tegas mantan dihadapan sejumlah tokoh pers nasional ini.
Sementara Praktisi dan Teoritisi Pers, Prof DR Tjipta Lesmana mengatakan, untuk mengantisipasi “kekalahan” negara dan bangsa Indonesia terhadap penjajahan gaya baru itu, sudah seharusnya roh perjuangan pers senantiasa dianut seluruh media massa. “Tiap wartawan Indonesia berkewajiban bekerja bagi kepentingan Tanah Air dan Bangsa dengan mengingat akan Persatuan bangsa dan Kedaulatan Negara,” papar Guru Besar Komunikasi Politik UPH itu.
Sebaliknya apabila roh pers nasional ini diabaikan, sambung dia, maka sangat membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Bahkan tidak perlu dihitung puluhan tahun lagi, masyarakat Indonesia telah porak-poranda.
Dalam sarasehan yang dipandu Rosiana Silalahi serta dihadiri tokoh pers seperti Rosihan Anwar, Tarman Azzam, Dahlan Iskan dan juga Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Assidiqi ini, Jacob Utama sebagai nara sumber mengatakan, kiprah pers terhadap pendewasaan demokrasi cukup penting disamping lembaga eksekutif dan legislatif. “Maka kritik terhadap negara harus terus dilakukan, tetapi tidak menghilangkan jati diri bangsa serta memiliki roh perjuangan,” tegas pemimpin Kompas ini.

Tidak ada komentar: