Selasa, 10 November 2009

2,8 Juta Wisdom Minati Wisata Banten

Jumlah wisatawan domestik (wisdom) yang datang ke wisata Banten tahun 2009 telah menembus jumlah melebihi 2,9 Juta orang. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sekitar 15 persen. Dengan tingginya jumlah wisatawan domestik ini, jumlah peredaran uang tercatat mencapai Rp 4,95 triliun. Sedangkan tahun 2008 lalu sebesar Rp 4,13 triliun.
“Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh di Banten. Dengan jumlah konsumsi tersebut, pariwisata memberikan pengaruh yang positif bagi perekonomian di Banten,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten, Ranta Suanta, kepada Banten Pos.
Ditambahkannya, dengan keberadaan wisatawan di suatu daerah dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, melalui pengeluaran yang dibelanjakan wisatawan. Sejumlah lokasi yang menjadi tujuan wisatawan antara lain, Pantai Anyer, Carita, Ujung Kulon, Banten Lama dan Gunung Anak Krakatau.
Masih menurut Ranta, kenaikan konsumsi tersebut terlihat dari struktur jumlah pengeluaran belanja wisdom dari hasil survei yang dilakukan Disbudpar Provinsi Banten yang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS).
Dari sub sektor restoran, tercatat pengeluaran wisdom tahun 2009 mencapai Rp 1,22 triliun dari Rp 1,02 triliun pada 2008. Dan konsumsi yang paling tinggi di tahun 2009 tercatat pada sub sektor industri non makanan yang mencapai Rp 1,59 triliun dari Rp 1,32 triliun di tahun 2008.
“Untuk konsumsi non makanan, dari delapan sub sektor konsumsi wisnus, kuota konsumsi non makanan di tahun 2009 mencapai 38,6 persen. Konsumsi non makanan ini meliputi konsumsi furniture dan kerajinan tangan. Seperti kerajinan dari bambu, kayu dan industri barang bukan logam,” ujarnya.
Ranta juga mengungkapkan, berdasarkan konsumsi widom atau wisnus (wisatawan nusantara) tersebut, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pariwisata kedua paling besar di Banten, setelah bidang perindustrian. Dari total konsumsi wisnus tahun 2008 sebesar 4,13 triliun, jumlah tersebut telah menghasilkan dampak ekonomi sebesar Rp 7,05 triliun atau 1,71 kali lipat dari konsumsi tahun 2008.
“Dampak ini dirasakan oleh sub sektor yang ada. Tidak hanya peningkatan output perekonomian, pengaruhnya juga terasa pada Nilai Tambah Bruto (NTB), gaji pekerja dan penyerapan tenaga kerja,” ucapnya.
Secara total, lanjut Ranta, konsumsi wisnus di Banten mampu mendorong NTB sebesar Rp 3,28 triliun. Sub sektor paling yang paling banyak mendapat dampak adalah sektor angkutan jalan dengan angka Rp 530,6 miliar atau 16,2 persen. “Dampaknya terhadap upah gaji pekerja mencapai Rp 1, 11 triliun pada masing-masing sub sektor,” katanya.
Menurut Ranta, hal ini juga mampu menyediakan tenaga kerja yang tidak sedikit di Banten. Kesempatan kerja dari dampak wisnus Banten tahun 2009 mencapai 156.476 orang. Jumlah ini meningkat dari 2008 yang mencapai 130.511 orang. Jumlah tenaga kerja terserap itu, datang dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 56.452 orang pada 2009.
“Dengan kedatangan Wisnus, pedagang juga bisa menikmatinya. Jasa angkutan juga bisa beroperasi. Inilah hal yang bisa menyerap tenaga kerja,” tambahnya. (Banten Pos)

Minggu, 01 November 2009

Deklarasi Umang untuk Pariwisata Banten

Deburan ombak Pantai Selatan Banten tepatnya di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang seolah menyambut baik kedatangan sekitar 50 orang tamu dari rombongan uji coba paket wisata Banten 2009 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten.
Mereka datang untuk menikmati indahnya pantai di pulau yang memiliki luas sekitar lima hektare tersebut.
Rombongan tiba di pulau yang diberi nama Pulau Umang tersebut sekitar pukul 17.00 WIB Jumat (16/10) setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Hotel Patrajasa di Pantai Anyer, Kabupaten Serang.
Untuk menyeberang ke pulau yang terletak di teluk Panaitan membentang di perairan antara Tanjung Lesung di sebelah utara dan Ujung Kulon di sebelah selatan itu, rombongan membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menyeberang dari dermaga di Kecamatan Sumur ke pulau tersebut dengan kapal motor berkapasitas maksimal 20 orang.
Setibanya di pulau Umang rombongan langsung disambut senyum ramah para pemandu wisata yang mempersilahkan para tamunya untuk beristirahat di lobi dengan bentuk bangunan di atasnya seperti umang salah satu hewan laut sejenis siput.
Di dalam bangunan lobi itu berisi deretan sofa berwarna putih, kursi dari kayu, meja makan dan satu panggung kecil, sementara di depannya membentang sebuah kolam renang yang letaknya berhadapan langsung dengan bibir pantai di sebelahnya ada dermaga satu-satunya di pulau tersebut.
Para tamu disuguhi jamuan makan malam di pinggir pantai dengan aneka jenis masakan ikan laut, diringi alunan musik pop yang memecah kesunyian di pulau tersebut serta semilir angin laut meniup pepohonan yang ada di sepanjang pantai pulau tersebut. Kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi yang membahas pengembangan pariwisata di Provinsi Banten dengan melibatkan dinas/intansi serta pihak terkait.
Setelah menginap satu malam di Pulau Umang, keesokan harinya Sabtu (17/10) rombongan uji coba paket wisata Banten kembali menikmati berbagai hiburan di pantai seperti menyelam, naik banana boat serta menikmati kelapa muda yang disajikan pengelola di Pulau Oar sekitar 10 menit perjalanan dengan kapal motor dari Pulau Umang.
Sebelum mengakhiri perjalanan uji coba paket wisata tersebut, sejumlah pihak terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, PHRI, HPI, Asita dan unsur Pers menandatangani kesepakatan untuk berupaya membantu pengembangan pariwisata di Provinsi Banten yang dikemas dalam sebuah deklarasi dengan sebutan "Deklarasi Umang".
Uji coba paket wisata Banten 2009 merupakan salah satu program yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dengan mengikutsertakan salah seorang perwakilan dinas/intansi terkait di Provinsi Banten di antaranya Dinas Perhubungan, Dinas PU, Dinas Kelautan dan Perikanan dan beberapa dinas lainnya.
Selain itu, uji coba paket wisata tersebut melibatkan unsur terkait lainnya di antaranya Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), unsur pers dan beberapa agen perusahaan travel.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Ranta Suharta mengatakan, uji coba paket wisata tersebut merupakan satu langkah terobosan dalam upaya untuk mempromosikan wisata Banten sekaligus mengevaluasi apa kekurangannya dari wisata di Banten.
"Kami ingin menyatukan persepsi dan meminta masukan dari pihak terkait bagaimana upaya untuk memajukan pariwisata di Banten," kata Ranta Suharta usai melepas rombongan uji coba paket wisata Banten 2009 dari Rumah Makan "S" Rizki di Serang, Jumat (16/10).
Ia mengatakan, dengan uji coba paket wisata Banten yang melibatkan unsur terkait tersebut diharapkan adanya kesamaan persepsi untuk memajukan dunia pariwisata di Banten.
Selain itu, dengan kegiatan tersebut diharapkan adanya saling mengoreksi kekurangan dan kelemahan baik dari pihak yang memberikan pelayanan seperti perusahaan travel, maupun dari fasilitas objek wisata yang disajikan kepada para wisatawan itu sendiri.
Rombongan paket wisata Banten 2009 berangkat menggunakan satu kendaraan bus dari Rumah Makan S`Rizki di Serang menuju sentra kerajinan Batik Banten di Jalan Bhayangkara Serang, kemudian dilanjutkan menuju objek wisata ziarah Mesjid Agung Banten Lama dan Museum Purbakala Banten Lama yang menempuh sekitar 30 menit perjalanan dari Kota Serang.
Usai melihat berbagai benda purbakala peninggalan sejarah Kesultanan Maulana Hasanuddin di Musium Purbakala Banten Lama, rombongan dengan dipandu petugas dari DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Banten, kemudian melanjutkan perjalanan melihat situs-situs peninggalan yang berada di sekitar lokasi Banten Lama seperti Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara, Mesjid Pecinan.
Selanjutnya rombongan kembali melanjutkan perjalanan sekitar satu jam menuju Hotel Patrajasa di Pantai Anyer, Serang yang merupakan salah satu objek wisata dari rangkaian paket wisata Banten 2009 sebelum akhirnya mampir di Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan terakhir di Pulau Umang di sekitar wilayah Ujung Kulon.
Sementara Wakil Ketua PHRI Banten Christian Halim mengatakan, perlu keseriusan dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi dalam pengembangan pariwisata di Banten terutama perbaikan infra strukturnya yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Menurutnya jika tidak ada komitmen bersama dari dinas intansi dan pihak terkait seperti Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum, PHRI, HPI, Asita dan unsur pers, pengembangan objek wisata di Banten sulit diwujudkan.
"Jika melihat di negara lain sebelum objek wisata dikembangkan, infrastrukturnya dibangun terlebih dahulu. Namun di negara kita malah sebaliknya," kata Christian Halim yang juga Ketua PHRI Kabupaten Pandeglang.(oleh Mulyana/news.id.finroll.com)