Kreativitas mengolah bahan yang semula dianggap tak berguna menjadi sesuatu yang bermanfaat, nampaknya membuahkan hasil. Salah satunya yaitu produk kerajinan berbahan baku eceng gondok.
Selain biasa dimanfaatkan sebagai bahan membuat tas, sandal, dan lain-lain, ternyata eceng gondok juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furniture. Bahkan, kini furniture eceng gondok laku di pasar ekspor.
Demikian diungkapkan Rachmatullah, pengusaha furniture yang salah satu bahan dasar pembuatannya adalah eceng gondok. Tanaman tersebut diolah menjadi berbagai produk furniture seperti sofa dan kursi, serta berbagai bahan kerajinan lain yang mempunyai nilai jual tinggi.
Tumbuhan eceng gondok yang banyak tumbuh di danau dan rawa oleh sebagian besar masyarakat dianggap musuh karena menimbulkan permasalahan lingkungan, terutama mengganggu aliran air. Akan tetapi bagi sebagian orang justru memiliki potensi luar biasa.
“Sebagian besar orang beranggapan eceng gondok adalah tanaman yang tak berguna, namun dengan sedikit kreativitas apa pun biasa dijadikan tambang emas,” ungkapnya.
Ada pun proses pembuatannya sebagai berikut. Pertama, eceng gondok diangkat dari danau atau telaga, kemudian dikerat menjadi seperti tali memanjang untuk selanjutnya dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.
Setelah kering proses selanjutnya adalah merajut atau menganyam. Bahan dasar eceng gondok yang sudah kering ini kemudian dipadukan dengan bahan rotan atau besi sebagai rangka sebelum akhirnya divernis menjadi furniture.
Bahan baku pembuatan furniture eceng gondok ini, diakuinya, masih didatangkan dari daerah setempat. “Bahan baku kita ambil dari daerah Tangerang sendiri, para perajin di sini hanya tinggal merangkainya saja, kami sudah menerima eceng gondok dalam bentuk yang sudah dianyam,” ujarnya.
Lanjutnya, furniture dari eceng gondok tersebut juga diekspor ke Eropa. Kualitas produk furniture dari eceng gondok ini ternyata bisa bertahan lama asal tidak terkena air hujan.
Harga satu set sofa eceng gondok mencapai Rp 4,5 juta, sedangkan satu kursi makan antara Rp 300 ribu - Rp 400 ribu, dan tempat sampah antara Rp 200 ribu - Rp 250 ribu. Khusus untuk ekspor ditambah biaya lain-lain, sehingga kalau ditotal bisa tiga hingga empat kali lipat dari harga lokal.
Senin, 06 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar