Minggu, 04 Mei 2008
Status Penyakit Menular di Banten Tertinggi
SERANG, TRIBUN — Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyebut Provinsi Banten tertinggi dalam hal penularan penyakit berbahaya dan mematikan. Untuk itu Pemerintah Provinsi Banten maupun pemerintah kota dan kabupaten se-Banten lebih serius dalam penanganan status penyakit berbahaya sehingga tidak ditemukan lagi kasus-kasus seperti Kejadian Luar Biasa atau KLB diare, filariasis atau kaki gajah dan flu burung.
Dalam bedah buku ‘Saatnya Dunia Berubah; Tangan Tuhan Dibalik Virus Flu Burung’ karya Siti Fadilah Supari di Serang, Siti Fadilah menyatakan, buruknya status penyakit menular di Banten yang tertinggi se-Indonesia karena berada di wilayah perbatasan dengan DKI dan Jawa Barat yang tingkat mobilitas sosial maupun arus barang yang masuk atau melintas di Banten sangat tinggi.
“Dua wilayah itu, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan untuk flu burung masih sangat tinggi. Jabar pada urutan pertama, DKI kedua sedangkan Banten diurutan ketiga,” terangnya.
Menyingung mengenai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut bahwa Indonesia untuk kasus flu burung sudah menular dari manusia ke manusia itu tidak benar. Karena sampai saat ini penularan flu burung masih dari unggas ke manusia. Untuk itu, pemerintah Indonesia meminta kepada WHO untuk adil dan transparan.
"Yang penting adil, saya merasakan betapa pentingnya keadilan dan keterbukaan itu. Dan saya juga meminta kepada Pemprov Banten untuk tidak tergesa-gesa jika swasta dari dalam maupun luar negeri mengajak kerjasama, karena ini menyangkut kepentingan bersama. Kalau kerjasama itu tidak menguntungkan buat apa dibuat kerjasama," katanya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Dadang membenarkan apa yang disampaikan Menkes. Namun menurut dia, walaupun status penyakit menular di Banten buruk, akan tetapi jika dilihat dari parameter standar kesehatan manusia di Banten dari tahun ke tahun terus membaik.
“Jika diukur dari standar kesehatan manusia di Banten sudah diatas rata-rata dari nasional. Seperti angka kematian ibu dan anak saat ini mengalami penurunan, begitupun dengan gizi buruk. Jumlah Balita secara keseluruhan untuk tahun 2007 yang menderita gizi buruk 8.244 atau 0,89 persen, turun dari tahun 2006 yang mencapai 0,93 persen dari jumlah Balita penderita gizi buruk sebanyak 8.995 orang,” terangnya.
Sementara masih terjadinya penyakit menular seperti disampaikan Menkes, menurut Dadang masih terus berlangsung dan terjadi di Banten. “Tahun 2007 kami mencatat 25 kasus flu burung dan yang meninggal 22 orang. Begitupun dengan kolera maupun kaki gajah masih saja ada di Banten,” terangnya.
Untuk penyakit menular seperti flu burung serta diare itu katanya, paling banyak terdapat di Tangerang. Sedangkan daerah-daerah lain jumlahnya tidak terlalu banyak ditemukan. “Khusus kaki gajah dan flu burung Tangerang mendominasi, sedangkan daerah-daerah lainnya tidak terlalu banyak. Bahkan untuk Kota Cilegon untuk kaki gajah tidak ditemukan sama sekali,” terangnya.
Penanganannya sendiri selain terus menerus melakukan upaya penyuluhan kesehatan dengan pola hidup sehat, untuk penderita kaki gajah dan flu burung. Dinkes Banten dengan kabupaten/kota akan melakukan upaya pemberian obat terhadap orang-orang yang menderita kaki gajah serta melakukan monitoring terhadap pasien yang pernah diduga terkena flu burung.
Informasi yang berhasil dihimpun, di Kabupaten Tangerang menyebut, data Puskesmas di Kecamatan Sepatan, Teluknaga, Kronjo, Sukadiri, dan kecamatan Tangerang Utara, sepanjang tahun 2007 lalu, terdapat sebanyak 500 kasus kesehatan, di antaranya kasus kaki gajah, diare dan flu burung dan gizi buruk.
Hal ini diakibatkan minimnya kesadaran hidup sehat di daerah tersebut. Bahkan hingga kini tradisi dolbon (modol di kebun, atau buang air besar di kebun-red) masih dilakukan masyarakat. Jumlah ini sudah menurun ketimbang tahun 2005 lalu yang mencapai 1.213 kasus kesehatan.
”Kami sudah melakukan beberapa kali penyuluhan kesehatan kepada masayarakat di sana. Namun dikarenakan budaya masyarakat terhadap kesehatan masih sangat minim, makanya angka penurunan tidak terlalu signifikan,” jelas Kepala P2PL Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Yuliah Iskandar.
Terkait itu, minimnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, Yuliah Iskandar juga mengatakan, hingga kini pihaknya sedang melakukan program kesehatan, yang sebagian kegiatan penyehatan berada di utara. Di antaranya dengan membentuk penyuluh kesehatan, pembangunan MCK dan menciptakan desa siaga.
“Kami akan membuat 102 desa siaga, dan ratusan MCK yang kami fokuskan ke arah Tangerang utara,” jelasnya.(Banten Tribun)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar