Senin, 09 Juni 2008

Pecun di Boen San Bio


1.150 Telur untuk Teladani Kejujuran

Tidak mudah untuk mendirikan telur yang berbentuk oval di sebuah bidang yang rata. Fisikawan Prof David Allan berteori, pada saat bumi berada pada posisi equinox atau ketika sumbu rotasi bumi dan garis bumi tegak ke matahri tegak lurus. Pada posisi equinox, di antara bumi dan matahari terdapat garis-garis medan gravitasi yang dapat mempengaruhi elektron-elektron dalam telur. Gerakan elektron-elektron inilah yang menyebabkan terjadinya kestabilan hingga telur dapat berdiri.
David Allan mengemukakan, lama equinox terjadi hanya 45 menit. Dan hal itu dilakukan hanya satu kali dalam setahun, yakni tanggal 8 bulan Juni atau bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek atau Go Gwee Cee Go. Bersamaan dengan penanggalan imlek itu, Vihara Nimmala atau Boen San Bio di Jalan KS Tubun, Kota Tangerang, pada Minggu (8/6) menutup perayaan Pecun dengan membersihkan 2 perahu naga yang berumur 200 tahun. Bersamaan dengan penutupan perayaan Pecun ini digelar lomba mendirikan telur yang dimulai pukul 11.45-12.20 WIB atau tepat bumi berada pada posisi equinox. Sebanyak 1.150 telur berhasil didirikan oleh 108 peserta dan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).
Kembali ke soal perayaan Pecun, Vihara Nimmala merupakan salah satu vihara terbesar di Tangerang dan juga vihara yang non sekte. Di mana Vihara Nimmala menerima semua ajaran Buddhis dan budi pekerti dari mana pun. Karenanya, di Vihara Nimmala masih mempertahankan segala bentuk tradisi leluhur yang memiliki filosofi mendalam tentang hubungan manusia kepada Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia menghormati ajaran leluhur.
Hari Raya Pecun adalah salah satu tradisi yang sudah bertahan hingga 200 tahun. Puncak perayaan Pecun di Vihara Nimmala ditutup dengan membersihkan dan mencuci dua perahu naga yang terdapat di pendopo Pecun Vihara Nimmala.
Perayaan Pecun diawali dengan kisah seorang menteri yang sangat jujur dan setia bernama Cu Yuan. Pada zaman Dinasti Ciu, negeri yang paling kuat adalah Chin, maka enam negeri besar lainnya, yaitu Cee, Cho, Yan, Thio, Gwi dan Han sering bersatu menghadapi Chin.
Cu Yuan namanya sangat disegani karena berhasil mempersatukan keenam negeri besar tersebut. Namun banyak pihak yang ingin menjatuhkan nama baiknya di hadapan raja negeri Cho. Dengan banyak pengkhianatan di dalam kerajaan membuat Cu Yuan dijatuhi hukuman pengasingan. Di tempat pengasingan tersebut tidak dapat melupakan tanggung jawab pada negeri dan leluhurnya. Terlebih lagi, ketentraman Cu Yuan terganggu dengan berita dihancurkannya ibukota negeri Cho dan tempat bio atau klenteng leluhurnya hancur lebur, yang diserbu orang-orang negeri Chin.
Peristiwa tersebut membuat Cu Yuan yang lanjut usia merasa tidak ada arti lagi dan memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai tugu peringatan bagi rakyatnya. Cu Yuan kemudian membawa perahu dan menerjunkan diri kedalam sungai Bek Lo dengan mengikat dirinya dengan sebuah batu besar sehingga tenggelam. Bahkan orang-orang yang mengetahui peristiwa tersebut berusaha menolongnya tidak berhasil dan jasadnya tidak ditemukan.
Dua tahun setelah peristiwa tersebut, Gi Hu seorang nelayan membawa tempurung bambu berisikan beras dan dituang ke dalam sungai untuk mengenang kembali dan menghormati Cu Yuan. Pada tahun-tahun berikutnya diadakan lomba perahu yang hiasi gambar naga yang mengingatkan usaha mencari jasad Cu Yuan.
Sementara itu, Bebeng salah satu imam Vihara Nimmala menceritakan, sekitar 200 tahun silam, ada seorang pedagang Tionghoa bernama Oey Giok Koen yang melintasi Vihara Nimmala dengan kereta kuda. Saat melintasi Vihara Nimmala salah satu roda kereta kuda terlepas dan menggelinding masuk ke depan gerbang Vihara Nimmala.
Akhirnya saudagar tersebut sembahyang di Vihara Nimmala dan berjanji kepada biokong atau petugas persembahyangan vihara, jika anak pertamanya lahir laki-laki, saudagar tersebut akan memberikan sepasang perahu naga asli dari negeri Cina kepada Vihara Nimmala.
Sejak awal kehadiran perahu naga tersebut selalu disembahyangi setiap hari, hingga akhirnya dipercayakan mendatangkan berkah. Sedangkan Perayaan Pecun ditandai dengan ritual memandikan perahu naga tersebut dan nampak menghiasi makanan bacang untuk mengenang kematian Cu Yuan.
“Kami berharap generasi muda saat ini dapat meneladani sikap kejujuran Cu Yuan karena sampai ajal menjemput, Cu Yuan tetap memberikan sumbangsih terbesarnya untuk negeri dan rakyatnya,” katanya disela-sela pemandian perahu naga.(Sumber: Tangerang Tribun, Foto: M Jakwan/Tribun)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

it's reaally nice picture.
it's a sign of God Greatness...

Totong mengatakan...

Aq senang bisa baca mengenai kota tangerang, kalau bisa next, aq mau lihat foto2 tangerang tempo dulu, untuk saat ini aku sudah terbantu dgn pertanyaan mengapa telur bisa berdiri pas perayaan pecun....
thx mas....
totong s