Wajah Andi Cahyadi (37), warga Kelurahan Mauk Timur, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, siang itu sangat cerah. Tak jarang bersama dengan 2.000 teman-teman lainnya yang berasal dari Kecamatan Teluknaga, Kemiri, Sukadiri, Kronjo, dan Kosambi, Pasar Kemis, ia kerap memperbincangkan tentang apa saja yang akan dilakukannya nanti sesampainya di daerah tujuan transmigrasinya ke Kalimantan Tengah dan Bengkulu.
Berbekal 10 hektar lahan yang akan disiapkan di Kelurahan Mungur, Kecamatan Mungur Raya Provinsi Kalimantan Tengah, Andi akan menanami apa saja di lahan yang dijanjikan kepadanya. Dari mulai palawija, cengkeh, padi dan sebagainya untuk dapat memperbaiki taraf hidup keluarganya yang dalam beberapa tahun ini dilanda kesulitan ekonomi di tanah kelahirannya sendiri.
Andi barangkali merupakan satu gambaran warga asli Kabupaten Tangerang yang tidak memiliki tempat untuk menggantungkan ekonomi di daerah dia dibesarkan. Seluruh lahan yang dimilikinya habis dia jual, karena terhimpit kebutuhan ekonomi hingga mengakibatkan dirinya harus pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Sebagaimana layaknya seorang pendatang di tanah kelahirannya.
“Siapapun ingin hidup layak, tidak mau sengsara. Makanya dengan harapan itulah saya ikut program transmigrasi ini,” ujar Andi yang sepertinya mengingat rekaman kesengsaraannya kembali berputar.
Oleh karena itu, ketika program transmigrasi kembali digulirkan oleh pemerintah pusat melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tangerang, tanpa pikir panjang ia ikut mengajukan diri.
Bersama dengan istri dan kedua anaknya serta 50 Kepala Keluarga (KK) yang lain, Andi mengarungi laut lepas Indonesia ke pulau seberang, Provinsi Kalimantan Tengah.
Selama dua hari ia akan melakukan perjalanan hingga sampai di pulau yang dikenal memiliki banyak lahan nan minim penduduk di Desa Mungur, Kecamatan Mungur Raya. Jarak yang jauh tidak menjadikannya lantas sedih, bahkan dengan keyakinan perubahan ekonomi dan kehidupan yang layak, salah satu transmigran ini kerap mengumbar senyumnya.
Andi mungkin saja salah satu orang yang berpikiran bahwa program transmigrasi bukan hanya untuk mengatasi ledakan penduduk di Kabupaten Tangerang atau pulau Jawa, namun lebih jauh merupakan kesempatan dan penempatan kerja mandiri. Meski dengan kesempatan kerja sebagai petani, namun ia akan menjalani dengan sebaik-baiknya.
“Saya begini hanya karena keluarga saya. Dan jujur saya senang dengan program ini,” ucapnya.
Data yang dihimpun Tangerang Tribun, setiap tahunnya ratusan warga Kabupaten Tangerang bertransmigrasi ke luar pulau Jawa yakni ke Sumatera dan Kalimantan. Untuk tahun 2008 ini, sebanyak 2.001 orang atau 50 kepala keluarga (KK) melakukan transmigrasi. 25 KK di antaranya ke Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah dan 25 lainnya ke Provinsi Bengkulu.
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tangerang, Hasdanil, tahun ini pihaknya mendapatkan kuota dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) sebanyak 2.001 orang.
Hasdanil menambahkan, warga yang mengikuti program transmigrasi ini adalah warga yang memiliki keterampilan di bidang pertanian. Karena memang sektor pertanian ini paling diutamakan dalam program transmigrasi ini.
"Dari informasi perkembangannya, sebagian besar yang ikut transmigrasi telah sukses. Salah satunya, di Kabupaten Barito yang telah mampu mengembangkan pertanian di wilayah itu hingga hasil panennya optimal. Kini kehidupan perekonimiannya terangkat," terangnya seraya menambahkan program transmigrasi yang dilakukannya ini memiliki dampak positif bagi roda pemerintahan Kabupaten Tangerang dalam upaya mengurangi angka pengangguran dan kepadatan penduduk.
Kamis, 25 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Kita berharap semoga para transmigran bisa hidup layak walo di negeri seberang ya mas...
Semoga Program Pemerintah Kabupaen Tangerang berjalan lancar.
amin
Salam Buat Bang Rano
hehehe
Posting Komentar